Belalang tua di ujung daun Warnanya kuning kecokelat-cokelatan Badannya bergoyang ditiup angin Mulutnya terus saja mengunyah Tak kenyang-kenyang Sudut mata kananku tak sengaja Melihat belalang tua yang rakus Sambil menghisap dalam rokokku Kutulis syair tentang hati yang khawatir Sebab menyaksikan akhir dari kerakusan Belalang tua yang tak kenyang-kenyang ♪ Seperti sadar kuperhatikan Ia berhenti mengunyah Kepalanya mendongak ke atas Matanya melotot melihatku tak senang Kakinya mencengkeram daun Empat di depan dua di belakang Bergerigi tajam Sungutnya masih gagah menusuk langit Berfungsi sebagai radar ♪ Belalang tua masih saja melihat marah ke arahku Aku menjadi grogi dibuatnya Aku tak tahu apa yang dipikirkan Tiba-tiba angin berhenti mendesir Daun pun berhenti bergoyang Walau hampir habis daun tak jadi patah Belalang yang serakah berhenti mengunyah ♪ Kisah belalang tua di ujung daun Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah Sebab kubilang tak kenyang-kenyang Kisah belalang tua di ujung daun Yang kakinya berjumlah enam Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah Sebab kubilang kamu serakah ♪ Belalang tua di ujung daun Dengan tenang meninggalkan harta karun Warnanya hijau kehitam-hitaman Berserat berlendir Bulat lonjong sebesar biji kapas Angin yang berhenti mendesir Digantikan hujan rintik-rintik Aku yang menulis syair tentang hati yang khawatir Tak tahu kapan kisah ini akan berakhir ♪ Kisah belalang tua di ujung daun Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah Sebab kubilang tak kenyang-kenyang Kisah belalang tua di ujung daun Yang kakinya berjumlah enam Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah Sebab kubilang kamu serakah