Ku buka mataku menatap kasat maya. Dalam raga gila karya angkasa. Isak awali destinasi penuh duri. Genggam erat jari kala kuasai misi. Hei Jakarta apakabar mu kota tua. Sambutlah anganku menyatu dengan nafsuku. Kuhirup buas tak ram Ah udaramu. Nikmati bualmu menuju tidurku. Sudut timur kota marilah bercengkrama. Jejaliku dengan kasar budayamu. Beriku sayap tuk terbangi langit kelammu. Sambil kuhisap asap kabut surga. Tinggi. Burung bangkai pinggiran kota. Arungi dimensi ria. Burung bangkai pinggiran kota. Kau jual satu kubeli tiga. Ketika kota mulai terlelap. Burung bangkai kembangkan sayap. Menatap nyalang, ikuti naluri liar terdalam. Tekad terikat. Terkubur ribuan bangkai tersayat. Kudekap malam, langitku menyatu bersama hitam. Kencingi gerbang norma. Tetapkan standar dosa. Pikul sendiri salibnya. Hiruk pikuk sejak sekarat. Berakar benci, berbuah dendam. Basahi bulu liarku, suntikan rasa ingin memangsa. Ereksi cakar muda. Suci terpelanting mati. Membatu menjadi sepi. Dengan congkak ku khianati. Diskusi memori berkarat. Di balut tawa aditif. Predikat penghisap aktif. Burung bangkai pinggiran kota. Barisi suara di sunyinya hampa. Bergema menawar tiket surga. Berdesak hempaskan luka. Langkah tergerak kasar. Seraya ikuti intuisi. Puaskan lapar. Sesosok burung bangkai. Pencabik mangsa nokturnal. Sajikan selebrasi maksimal. Menguliti perih jasad terkapar. Terkapar tanpa daya. Terkapar berselimut luka.