Akhirnya tercerai, kau jatuh terjerembap Dalam selokan Diayunkan senapan Kau saksikan Langit hitam Asap mengepul ke udara Laras panjang hantam kepala Nasion di atas manusia Pecah berserakan cinta Hu-uu, hu-uu Hu-uu, hu-uu Hu-uu, hu-uu Hu-uu Bagaikan di taman Kanon air melengkung di angkasa Menghujam, memberai Satu gugur Bersemi sekebun Pada yang perlahan padam Ada sejenis api dari kemustahilan Sejenis harapan yang datang dari pelan nyala sekam Sejenis badai lahir dari rajutan bukan kepalan Tak semua seruan harus dilantangkan Serupa 98 di depan Kodam Dibisikkan dalam geliat temaram yang bersenyawa dengan pitam Menitipkan marwah bara pada kalam-kalam Dalam diam menyumbang logam bagi godam Dalam sunyi berdansa dan menanam Kawan yang perlahan dimangsa kalam Beberapa perang bukan untuk dimenangkan Beberapa kemenangan bukan untuk dirayakan Dan dalam rentetan kekalahan bertahanlah sedikit lebih lama Adalah bentuk keluhuran Merongrong kuasa yang tiran Di jalan bersama kalian Doa orang tua terngiang Kawan bergandengan lengan Harap jangan gelap kelam Kawan yang perlahan padam (Bertahanlah) Yang meranggas datang dari waktu-waktu terbenam (Bersabarlah) Biarkan mengakar saat temaram (Bertumbuhlah) Tak apa mengakui ringkih di palangan Bertahanlah sedikit lebih lama Tumbuhlah liar serupa gulma