Cahaya sirna menghilang, Layaknya hari akhir semesta Gantikan nirwana dengan pijaran, Api rata dengan tanah. Rata dengan tanah Sukar terucap cakap makian. Tentang strata membatu dalam kala. Membisu dalam kata. Kota kian mencekam, suram! Semesta menjerit jantung dihujam. Parau kicau burung tak berirama Dengan kepalan tangan penuh sandiwara. Jelaga rimba. Alam adalah credit card tanpa limit Yang disikat habis oleh para kaum elit Generasi berikutnya harus menanggung hutang, Mereka terlilit Terjebak dalam situasi yang sangat sulit Lahan semakin sempit, para petani makin terjepit Hutan dibakar oleh bandit Satwa lari dan mereka menjerit Waktu api melahap pohon asap nya tutupi langit Oh shit oh shit Hutan makin sedikit Kini laut dan gunungku pun ditanami dinamit Ini bullshit si buncit Mereka coba racik, penyakit kita terjangkit Dan alam kita semakin sakitttt Pandangi cakrawal, tak akan ada pagi, tak akan ada pagi! Hewan memaki, pohon memaki, rumah mereka kau habisi. Pandangi cakrawal, tak akan ada pagi, tak akan ada pagi! Hewan memaki, pohon memaki bakar habis, jelaga rimba. Alam telah marah, hadirkan petaka Angkara dan murka, dia kirim bencana Kepada semua, manusia serakah Hingga kita luluh lantah, kita jatuh tak berdaya Tidak punya daya kuasa Kita dimakan oleh karma, tidak perduli miskin kaya Semua kan hilang niscaya, yo yo Kawan, rimba jadi jelaga, maka datang bahaya Tak ada lagi agama atau pula budaya Yang bisa selamatkan kita dari marabahaya Sesak rongga paru, di selat melayu. Rata dengan tanah 4x Bakar habis semua 4x Sukar terucap cakap makian. Tentang strata membatu dalam kala. Membisu dalam kata. Hhhh Kota kian mencekam, suram! Semesta menjerit jantung dihujam. Parau kicau burung tak berirama, Dengan kepalan tangan penuh sandiwara. Jelaga rimba. (Jelaga jelaga rimba jadi jelaga Petaka bencana datang marabahaya) Jelaga rimba