Di pinggir lorong kota yang kemilau Termenggulah seorang, oh musafir Memerhati nafas-nafas manusia Kelesuan, kepasrahan, kepenatan Berbisiklah sang musafir sendirian Oh, inikah dikatakan kemodenan? Sedang kejahilan masih ada Pada diri generasi berilmu, bertamadun dan ceria Di lorong kota itu, ada berbagai cerita Tentang masyarakat yang hilang punca Mereka bermusuhan mencari apa Apa saja, tanpa hiraukan nasib Nusa bangsa, ooh Wacana hidupmu bagaikan nista Di sebalik cahaya ada gelapnya Morality, keilmuan, keimanan Hanya bersaluti nama Melindungi kesamaran di mata Mengapakah kau sanggup Mendustai yang anarki? Pandanglah pada alam Yang semakin huru-hara Di manakah perananmu Untuk pertahankan bangsa agama Yang semakin terbiar keranamu? Di lorong kota itu masih ada tetamu Setiap siang dan malam Urusan manusia maharajalela Oh, serabutnya Di lorong kota itu masih ada sendamu Sedang bersyair merdu, terus menyusuri Oh, fantasi ngeri sebelum nafas terhenti Simpangan kota ini Bangkitlah engkau dari mimpi-mimpi Di lorong kota itu, ada berbagai cerita Tentang masyarakat yang hilang punca Mereka bermusuhan mencari apa Apa saja, tanpa hiraukan nasib Nusa bangsa, ooh Di lorong kota itu masih ada tetamu Setiap siang dan malam Urusan manusia maharajalela Oh, serabutnya Di lorong kota itu masih ada sendamu Sedang bersyair merdu, terus menyusuri Oh, fantasi ngeri sebelum nafas terhenti Simpangan kota ini Bangkitlah dari mimpi Di lorong kota itu masih ada tetamu Setiap siang dan malam Urusan manusia maharajalela Oh, serabutnya Di lorong kota itu masih ada sendamu Sedang bersyair merdu, terus menyusuri Oh, fantasi ngeri sebelum nafas terhenti Simpangan kota ini Bangkitlah dari mimpi Di lorong kota itu masih ada tetamu Setiap siang dan malam